PENYAKIT AKIBAT KERJA (BAGIAN 2)

PENYAKIT AKIBAT KERJA (Bagian 2)

  1. JENIS-JENIS PAK

Seperti halnya penyakit pada umumnya, penyakit akibat kerja juga dapat menyebabkan gangguan pada seluruh organ atau bagian tubuh. Dengan demikian jenis-jenis PAK dapat dibedakan berdasarkan organ yang terkena (target organ).

1. Penyakit Kulit dan Penyakit paru.

Kulit dan paru-paru dan organ pernafasan lainnya sering menjadi organ sasaran (target organ) PAK yang berupa penyakit alergi/hipersensivitas, antara lain pada hidung dan rongga tulang sekitar hidung/sinus berupa rinitis, rinosinusitis; pada paru-paru dan batang tenggorok/bronkus berupa asma, pneumonitis/alveolitis ekstrinsik alergi; aspergilosis; pada kulit berupa dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, hipersensivitas lateks, penyakit jamur dll.

Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat hubungan kerja yang paling sering ditemukan. Dematitis kontak ada 2 jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, Kedua jenis dermatitis ini dapat menjadi kronik bila penyebabnya tidak diketahui dan tidak disingkirkan.

Contoh beberapa penyakit paru akibat kerja adalah asma, bisinosis, alviolitis alergi, bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus, fibrosis noduler atau difus, sarkoisdosis, tuberculosis, pneumonitis, pneumonia, fibrosis pleura atau mesothelioma.

2. Penyakit hati dan gastro-intestinal (lambung danusus)

Meskipun jarang dilaporkan, berbagai penyakit hati dapat ditimbulkan akibat kerja misalnya kanker hati akibat uap viniklorid. Prevalensi kanker lambung dan oesafagus meningkat pada karyawan vulkanisasi karet dan tambang batu bara. Hati berfungsi dalam transformasi bahan kimia yang larut dalam lipid dan menjadikannya bahan yang larut dalam air. Proses ini biasanya menghasilkan bahan yang kurang toksik, tetapi dapat terjadi sebaliknya.

3. Penyakit saluran urogenital (saluran kemih & organ reproduksi).

Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat paparan dengan uap logam (cadmium, mercury, timah hitam), pelarut organik dan pestisida. Carbon tetrachloride dan berbagai bahan pelarut lainnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan ginjal (nefron) dan gagal ginjal kronik. Kanker vesika urinaria (kandung kemih) dapat ditemukan pada pekerja industri karet dan pekerja manufakturdan penggunaan bahan pewarna organik misalnya benzidin. Benzidin dan 2-naphthylamin oleh hati dikonversi menjadi bahan karsinogen yang dikeluarkan melalui urin dan dapat menimbulkan keganasan pada kandung kemih.

Gangguan kesuburan (infertilitas), keguguran dan kelainan janin/fetus kadang dapat terjadi oleh bahan dalam lingkungan kerja. Kerja fisis selama hamil, paparan radiasi mengion, timah hitam (pada pria dan wanita) dapat menimbulkan gangguan reproduksi.

4. Penyakit hematologic (darah)

Meskipun jarang, bahan toksik di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai gangguan hematologic. Kolik abdominal (kejang perut), paralisis saraf motoris (kelumpuhan) dan anemia dapat terjadi oleh paparan uap Pb diatas 40 ug/ 100ml.

5. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan saluran darah).

Pada pekerja yang terpapar dengan karbon disulfida dan viscose rayon, ditemukan peningkatan kematian oleh penyakit jantung koroner. Resiko tinggi nyeri dada akibat jantung (angina) dan kematian jaringan jantung (infark myocard) ditemukan pada pekerja yang terpapar dengan nitrat sepeti gliceryl trinitrat dan ethylene glycol dinitrate, misalnya pada manufaktur bahan peledak dan obat-obatan. Paparan dengan obat pelarut organic halogen seperti trichloroethylene dapat menimbulkan kematian mendadak akibat fabrilasi ventrikel.

6. Penyakit musculoskeletal (otot dan kerangka tubuh)

Sindroma Raynaud atau vibration white finger disibebkan oleh penyempitan pembuluh darah (spasme vaskuler) sebagai akibat dari gangguan alat kerja yang bergetar antara 20 – 400 Hz. Carpal tunnel syndrome berupa parestesi pada nervus medianus dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berulang-ulang pada tangan (palmar dan pergelangan) sewaktu kerja.

Gangguan pada punggung dan tulang belakang misalnya nyeri pinggangatau low back pin (LBP), hemia nucleus pulposus (HNP) dan kebanyakan gangguan ortopedis lain sering terjadi akibat pekerjaan fisik yang berat (mengangkat beban, mendorong, menahan beban dll.) yang kurang memperlihatkan prinsip ergonomic kerja.

7. Gangguan pada organ pendengaran (telinga)

Gangguan pendengaran sering terjadi akibat paparan kebisingan yang tinggi. Kebisingan sangat tinggi dalam waktu singkat dapat memecahkan selaput pendengaran (membrane tymphani), sedangkan paparan kebisingan dalam jangka lama sering mengakibatkan kehilangan pendengaran (noise induced hearing loss).

Kehilangan pendengaran akibat bising dapat bersifat sementara (temporary) yang masih dapat disembuhkan. Gangguan pendengaran lain akibat bising dapat berupa telinga terasa berdenging (tinnitus).

Gangguan pendengaran yang belum permanen dapat disembuhkan dengan memindahkan pekerja ke tempat kerja yang tidak/kurang bising. Tanda-tanda gangguan pendengaran akibat bising antara lain dini ialah kesulitan untuk mengikuti percakapan di tempat yang ramai dan tidak menyukai percakapan orang banyak.

8. Gangguan pada organ pengelihatan (mata)

Gangguan pada mata antara lain adalah katarak akibat sinar inframerah, radang selaput mata (conjungtivitis) akibat sinar ultra violet dan penurunan tajam pengelihatan (visus) akibat tempat kerja kurang pencahayaan.

Rasa sakit pada mata dapat disebabkan oleh karena penataan percahayaan tempat kerja yang buruk. Mata gatal sering ditemukan pada karyawan terpapar dengan bahan organik asal hewan dan debu asal padi-padian. Reaksi iritasi non-alergi dapat ditimbulkan oleh chlor dan formalhedid.

9. Gangguan susunan saraf

Painting, carpet-tile lining, laboratorium kimia, paparan petrolium dan oli merupakan tempat kerja yang mengandung resiko terjadinya gangguan saraf. Gejalanya dapat berupa pusing, tidak dapat konsentrasi, sering lupa, depresi, demensia, neuropati perifer (kesemutan), ataksia serebelar dan penyakit motor neuron (kelumpuhan).

10. Stress

Stres di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan kejiwaan (psikis) misalnya kecemasan (ansietas), depresi ringan sampai berat, psikosis dan psikosomatis.

11. Infeksi

Infeksi akibat kerja dapat terjadi pada pekerja di laboratorium klinik (misalnya hepatitis virus, TBC, HIV/AIDS). Pekerja diruangan ber AC dilaporkan dapat menimbulkan infeksi kuman legionella yang dapat menimbulkan pneumonia (radang paru-paru). Infeksi kuman leptospira dapat terjadi pada petani dan sering menimbulkan kematian akibat gagal hepatorenal, kuman Brucella pada peternak dan dokter hewan.

12. Keracunan (intoksikasi)

Keracunan di tempat kerja sering terjadi bersifat kronik akibat paparan dengan bahan kimia dalam jangka lama misalnya logam berat (timah hitam, kadmium, merkuri) organic solven (benzen, toluen, xylene), pestisida dan larutannya. Keracunan akut terjadi bila dalam waktu pendek terpapar bahan kimia dalam jumlah atau konsentrasi yang besar.

Petani sering terkontaminasi dengan insektisida yang mengandung carbamat atau organophosphate dan menunjukan tanda keracunan antikolinesterase dengan gejala antara lain gangguan virus, lemah, keringetan, tremor, sakit kepala dan rasa mabuk dan rasa muntah-muntah.

(Be

Project Site Visit for Safety Supervision

rsambung…)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *