Hirarki Pengendalian Bahaya Dalam HIRAC (Hazard Identification Risk Assessment and Control) Penerapan SMK3 (Bagian 4)
Upaya pengendalian bahaya ini harus dilakukan oleh pengurus perusahaan atau ahli K3 yang telah ditunjuk untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Pengendalian bahaya biasanya dituangkan dalam form atau proses pembuatan IBPR (Identifikasi Bahaya, Pengendalian dan Penilaian Risiko atau dikenal dengan HIRAC (Hazard Indentification Risk Assessment and Control). IBPR ini harus dibuat oleh personil yang berkompeten atau ahli K3 atau personil yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dalam pembuatan IBPR. Tahapan ini lazimnya dipersiapkan sebelum suatu proyek atau pekerjaan dimulai. Selanjutnya untuk menentukan tingkat pengendalian bahaya, maka yang menjadi acuan atau dasar adalah hasil penilaian risiko. Nilai penilaian risiko diperoleh dari hasil perkalian dari kemungkinan (likelihood) dengan keparahan (severity).
Format kriteria penialain risiko dapat dipaparkan sebagaimana dalam tabel berikut. Namun terhadap nilai kerugiannya, perusahaan dapat menyesuaikannya sendiri dengan skala bisnis yang ada.
Kriteria Evaluasi | Nilai | Kondisi |
Keparahan (severity) |
5 |
Amputasi, retak/patah tulang berat, keracunan, cedera ganda, luka parah, kanker, penyakit kronis, penyakit yang mematikan, kehilangan waktu efektif 1 hari-buruh atau lebih, kerugian material Rp. 50 juta atau lebih
|
3 |
Luka bakar ringan, pingsan, terkilir, retak tulang ringan, tull, sakit kulit, asma, sakit pinggang, sakit permanen, kehilangan waktu efektif kurang dari 1 hari-buruh, kerugian material kurang dari Rp. 50 juta
|
|
1 |
Luka ringan, tergores, iritasi mata karena debu, mual, sakit kepala, sakit sementara
|
|
Kemungkinan (likelihood) |
5 |
Kecelakaan terjadi lebih dari sekali dalam setahun, terdapat beberapa laporan mengenai kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada kondisi yang sama
|
3 |
Kecelakaan terjadi dalam setahun, terdapat beberapa laporan mengenai insiden-insiden yang terjadi pada kondisi yang sama | |
1 |
Tidak pernah atau tidak mungkin terjadi, tidak ada catatan bahwa kecelakaan/insiden pernah terjadi
|
Tingkat atau hirarki pengendalin mempunyai enam tingkatan yaitu:
- Eliminasi (Elimination)
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari risiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
- Substitusi (Subsitution)
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti alat, bahan, proses, operasi atau sarana kerja dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
- Rekayasa/Engineering Control
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure.
- Sistem peringatan/warning system
Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).
- Pengendalian administratif/ administratif control
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.
- Alat pelindung diri
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet), kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.
Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan kecelakaan. Sebagi misal adanya adanya unit mesin baru yang sebelumnya memiliki kebisingan 100 dBA dilberikan enclosure (dengan metode engineering control) sehingga memiliki kebisingan 90 dBA, selain itu ditambahkan pula safety sign dilokasi kerja, adanya preventive maintenance untuk menjaga keandalaann mesin dan kebisingan terjaga, pengukuran kebisingan secara berkala, diberikan pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai.
Presented by SHOKIBU